وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ - 7:164
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: ‘Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka, atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras.’ Mereka menjawab: ‘Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggungjawab) kepada Rabbmu dan supaya mereka bertakwa.’ (Surah al-Araaf:164)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki, dari Ikrimah yang mengatakan, "Pada suatu hari aku pernah datang kepada Ibnu Abbas. Saat itu Ibnu Abbas sedang menangis, dan tiba-tiba ternyata ia sedang memegang mushaf (yang mengandungi ayat Quran) di pangkuannya. Maka aku merasa segan untuk mendekat kepadanya. Aku masih tetap dalam keadaan demikian (menjauh darinya) hingga pada akhirnya memberanikan diri untuk maju dan duduk di dekatnya, lalu aku bertanya, 'Hai Ibnu Abbas, apakah yang membuatmu menangis? Semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu.' Ibnu Abbas menjawab, 'Kerana lembaran-lembaran ini'." Ikrimah melanjutkan kisahnya, 'Ternyata lembaran-lembaran yang dimaksud adalah surat Al-A'raf. Lalu Ibnu Abbas bertanya, 'Tahukah kamu kota Ailah?' Aku menjawab, 'Ya.' Ibnu Abbas berkata bahawa dahulu pada kota itu tinggallah suatu kabilah Yahudi yang digiring ikan-ikan kepada mereka pada hari Sabtunya, kemudian pada hari yang lainnya ikan-ikan itu menyelam ke dalam laut, sehingga mereka tidak dapat lagi menangkapnya kecuali setelah mereka menyelam dan bersusah payah serta mengeluarkan banyak biaya (kos peruntukan). Pada hari Sabtunya ikan-ikan itu datang kepada mereka terapung-apung di permukaan air laut, kelihatan putih-putih lagi gemuk-gemuk, seakan-akan seperti perak seraya membolak-balikkan punggung dan perutnya di pinggir laut tempat mereka tinggal. Mereka tetap menahan diri seperti demikian selama beberapa waktu. Kemudian syaitan membisikkan mereka seraya mengatakan sesungguhnya kalian hanya dilarang memakannya saja pada hari Sabtu. Kerana itu, tangkaplah oleh kalian ikan-ikan tersebut pada hari Sabtu dan memakannya di hari-hari yang lain. Segolongan orang dari mereka mengatakan demikian, seperti yang dibisikkan oleh syaitan; sedangkan segolongan yang lainnya mengatakan, 'Tidak, bahkan kalian tetap dilarang memakan dan menangkap serta memburunya pada hari Sabtu.' Mereka dalam keadaan demikian (berdebat) selama beberapa hari hingga datanglah hari Jumat berikutnya. Maka pada keesokan harinya ada segolongan orang dari mereka berangkat menuju ke tepi pantai bersama dengan anak-anak dan isteri-isteri mereka (untuk menangkap ikan), sedangkan segolongan yang lainnya —iaitu golongan yang kanan— mengasingkan diri dan menjauh dari mereka; dan segolongan yang lainnya lagi —iaitu golongan kiri— memisahkan diri, tetapi diam, tidak melarang. Golongan kanan mengatakan, 'Celakalah kalian ini dari seksa Allah. Kami telah melarang kalian, janganlah kalian menjerumuskan diri kalian ke dalam seksaan Allah.' Lalu golongan kiri mengatakan (kepada golongan kanan), seperti yang disebutkan oleh firman-Nya (seperti diatas).فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ - 7:165
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim seksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Surah al-Araaf:165)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang keras?” (Al-A'raf: 164) Mereka adalah penduduk kota yang berada di tepi laut antara Mesir dan Madinah, kota itu dikenal dengan nama Ailah. Allah mengharamkan mereka berburu ikan pada hari Sabtu, padahal ikan-ikan itu datang kepada mereka pada hari Sabtunya dalam keadaan terapung-apung di permukaan tepi laut. Tetapi apabila hari Sabtu telah berlalu, mereka tidak mampu lagi menangkapnya (kerana ikan tersebut sudah tidak pula timbul). Hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian ada segolongan orang dari mereka berani menangkap ikan-ikan itu pada hari Sabtunya, lalu ada segolongan lain dari mereka yang melarangnya dan mengatakan kepada mereka, "Mengapa kalian menangkap ikan-ikan itu, padahal Allah telah mengharamkannya bagi kalian pada hari Sabtu ini?" Tetapi nasihat itu justeru membuat mereka makin berani, bertambah sesat, dan sombong. Kemudian ada segolongan lainnya dari mereka yang melarang para pemberi nasihat itu melarang mereka. Ketika hal itu berlangsung cukup lama, maka segolongan orang dari kelompok yang ketiga itu ada yang mengatakan, "Kalian telah mengetahui bahawa mereka adalah kaum yang telah berhak mendapat azab Allah atas diri mereka," seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka (Al-A'raf: 164) Mereka adalah orang-orang yang paling marah terhadap para pelanggar itu kerana Allah daripada golongan lainnya. Maka orang-orang yang memberi nasihat itu berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhan kalian, dan supaya mereka bertakwa. (Al-A'raf: 164) Masing-masing dari kedua golongan selain golongan pelanggar itu telah melarang mereka yang melanggar. Ketika murka Allah menimpa para pelanggar itu, maka diselamatkan-Nya-lah kedua golongan tersebut yang mengatakan, "Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka," dan orang-orang yang mengatakan, "Agar kami mempunyai alasan (terlepas tanggung jawab) kepada Tuhan kalian. Kemudian Allah membinasakan orang-orang yang berbuat derhaka,iaitu mereka yang menangkap ikan-ikan itu pada hari Sabtunya, lalu Allah mengutuk mereka menjadi kera.
At-Aufi telah meriwayatkan hal yang mendekati asar di atas, dari Ibnu Abbas.
Sedangkan Hammad ibnu Zaid telah meriwayatkan dari Daud ibnul Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini, bahawasanya Ibnu Abbas tidak mengetahui selamatkah orang-orang yang telah mengatakan: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka. (Al-Abu’raf: 164) ataukah mereka tidak selamat (yakni terkena azab itu juga). Ibnu Abbas mengatakan bahawa dirinya masih tetap mempertanyakan nasib mereka, hingga ia mengetahui bahawa mereka benar-benar telah diselamatkan pula, maka merasa tenteramlah hatinya.
Sedangkan Hammad ibnu Zaid telah meriwayatkan dari Daud ibnul Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini, bahawasanya Ibnu Abbas tidak mengetahui selamatkah orang-orang yang telah mengatakan: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka. (Al-Abu’raf: 164) ataukah mereka tidak selamat (yakni terkena azab itu juga). Ibnu Abbas mengatakan bahawa dirinya masih tetap mempertanyakan nasib mereka, hingga ia mengetahui bahawa mereka benar-benar telah diselamatkan pula, maka merasa tenteramlah hatinya.
Menjadi Kera
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki, dari Ikrimah yang mengatakan, "Pada suatu hari aku pernah datang kepada Ibnu Abbas. Saat itu Ibnu Abbas sedang menangis, dan tiba-tiba ternyata ia sedang memegang mushaf di pangkuannya. Maka aku merasa segan untuk mendekat kepadanya. Aku masih tetap dalam keadaan demikian (menjauh darinya) hingga pada akhirnya memberanikan diri untuk maju dan duduk di dekatnya, lalu aku bertanya, 'Hai Ibnu Abbas, apakah yang membuatmu menangis? Semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu.' Ibnu Abbas menjawab, 'Karena lembaran-lembaran ini'." Ikrimah melanjutkan kisahnya, 'Ternyata lembaran-lembaran yang dimaksud adalah surat Al-A'raf. Lalu Ibnu Abbas bertanya, 'Tahukah kamu kota Ailah?' Aku menjawab, 'Ya.' Ibnu Abbas berkata bahawa dahulu pada kota itu tinggallah suatu kabilah Yahudi yang digiring ikan-ikan kepada mereka pada hari Sabtunya, kemudian pada hari yang lainnya ikan-ikan itu menyelam ke dalam laut, sehingga mereka tidak dapat lagi menangkapnya kecuali setelah mereka menyelam dan bersusah payah serta mengeluarkan banyak biaya. Pada hari Sabtunya ikan-ikan itu datang kepada mereka terapung-apung di permukaan air laut, kelihatan putih-putih lagi gemuk-gemuk, seakan-akan seperti perak seraya membolak-balikkan punggung dan perutnya di pinggir laut tempat mereka tinggal. Mereka tetap menahan diri seperti demikian selama beberapa waktu. Kemudian setan membisikkan mereka seraya mengatakan sesungguhnya kalian hanya dilarang memakannya saja pada hari Sabtu. Karena itu, tangkaplah oleh kalian ikan-ikan tersebut pada hari Sabtu dan memakannya di hari-hari yang lain. Segolongan orang dari mereka mengatakan demikian, seperti yang dibisikkan oleh setan; sedangkan segolongan yang lainnya mengatakan, 'Tidak, bahkan kalian tetap dilarang memakan dan menangkap serta memburunya pada hari Sabtu.' Mereka dalam keadaan demikian (berdebat) selama beberapa hari hingga datanglah hari Jumat berikutnya. Maka pada keesokan harinya ada segolongan orang dari mereka berangkat menuju ke tepi pantai bersama dengan anak-anak dan istri-istri mereka (untuk menangkap ikan), sedangkan segolongan yang lainnya —yaitu golongan yang kanan— mengisolisasi diri dan menjauh dari mereka; dan segolongan yang lainnya lagi —yaitu golongan kiri— memisahkan diri, tetapi diam, tidak melarang. Golongan kanan mengatakan, 'Celakalah kalian ini dari siksa Allah. Kami telah melarang kalian, janganlah kalian menjerumuskan diri kaitan ke dalam siksaan Allah.' Lalu golongan kiri mengatakan (kepada golongan kanan), seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang keras? (Al- A'raf: 164) Golongan kanan menjawab, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya: Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhan kalian dan supaya mereka bertakwa. (AkA'faf: 164) Yakni agar mereka menghentikan perburuan ikan di hari Sabtu. Jika mereka mau menghentikannya, maka hal tersebut lebih kami sukai agar mereka tidak terkena azab Allah dan agar mereka tidak dibinasakan. Dan jika ternyata mereka tidak mau menghentikan perbuatannya, maka alasan kami cukup kuat kepada Tuhan kalian (untuk melepas tanggung jawab). Akan tetapi, mereka yang dilarang tetap melakukan pelanggaran itu. Maka golongan kanan berkata, 'Hai musuh-musuh Allah, demi Allah, sesungguhnya kalian telah melanggar, sesungguhnya kami akan datang malam ini ke kota kalian. Dan demi Allah, kami tidak akan melihat kalian pada pagi harinya melainkan kalian telah ditimpa oleh gempa atau kutukan atau sebahagian dari azab yang ada di sisi Allah.' Ketika pagi harinya tiba, golongan kanan mengetuk-ngetuk pintu perkampungan mereka, tetapi tidak dibuka; dan golongan kanan menyeru mereka, tetapi tidak ada jawapan. Akhirnya golongan kanan mengambil tangga, dan seorang lelaki dari golongan kanan menaiki tangga itu dan berada di atas tembok kampung tersebut. Lalu ia melayangkan pandangannya ke seluruh perkampungan itu, kemudian berkata, 'Hai hamba-hamba Allah, yang ada hanyalah kera-kera. Demi Allah, kera-kera itu meloncat-loncat seraya mengeluarkan suara jeritannya, semuanya mempunyai ekor'." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu mereka (golongan kanan) membuka pintu gerbangnya dan masuklah mereka ke dalam perkampungan itu. Kera-kera tersebut mengenal saudara mereka dari kalangan manusia, tetapi yang menjadi saudara mereka dari kalangan manusia tidak mengenal kera-kera itu. Lalu kera-kera itu masing-masing mendatangi keluarganya dari kalangan manusia seraya menciumi pakaiannya dan menangis. Maka saudaranya yang manusia itu berkata, 'Bukankah saya telah melarang kalian melakukan hal ini?’ Maka si kera menjawab dengan anggukan kepala yang bererti mengiakan. Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim seksaan yang keras. (Al-A'raf: 165) Selanjutnya ia mengatakan, "Maka saya melihat bahawa orang-orang yang melarang perbuatan jahat itu telah diselamatkan, sedangkan saya tidak melihat golongan lainnya (yang tidak terlibat) disebutkan. Dan memang kita pun sering melihat banyak hal yang tidak kita sukai, tetapi kita tidak dapat mengatakan apa-apa terhadapnya." Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahawa ia mengatakan, "Semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusanmu, tidakkah engkau melihat bahawa mereka benar-benar membenci perbuatan para pelanggar itu dan bersikap menentang terhadap mereka dan mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka? (Al-A'raf: 164) Ikrimah mengisahkan pula, "Setelah itu Ibnu Abbas memerintahkan agar aku diberi hadiah, dan aku diberinya dua buah baju yang tebal-tebal."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Mujahid, dari Ibnu Abbas.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Asyhab ibnu Abdul Aziz, dari Malik yang mengatakan bahawa Ibnu Rauman menduga bahawa firman Allah Swt. yang menyebutkan: datang kepada mereka ikan-ikan (yang ada di sekitar mereka) terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. (Al-A'raf: 163) Kisahnya seperti berikut: Ikan-ikan itu datang kepada mereka pada hari Sabtunya, dan apabila petang harinya pergilah ikan-ikan itu sehingga tiada seekor ikan pun yang kelihatan hingga hari Sabtu berikutnya. Kemudian ada seorang lelaki dari mereka yang membuat perangkap berupa jala yang dipancangkan, lalu ia menangkap seekor ikan dari ikan-ikan yang ada pada hari Sabtunya. Kemudian apabila hari telah petang dan malam hari Ahad tiba, ia mengambil ikan itu dan memanggangnya. Maka orang lain mencium bau ikan itu dan mereka datang kepadanya, lalu menanyainya dari mana asal ikan itu, tetapi ia mengingkari perbuatannya terhadap mereka. Sedangkan mereka terus mendesaknya hingga akhirnya ia mengatakan bahawa bau itu bersumberkan dari kulit ikan yang ditemukannya. Pada hari Sabtu berikutnya ia melakukan hal yang sama, mungkin kali ini dia menangkap dua ekor ikan. Kemudian pada petang harinya dan malam Ahad mulai masuk, ia menangkap ikannya dan memanggangnya. Mereka mencium bau ikan panggang, lalu mereka datang kepadanya dan menanyainya. Akhirnya ia berkata kepada mereka, "Jika kalian suka, kalian boleh melakukan seperti apa yang kulakukan." Mereka bertanya, "Apakah yang telah kamu lakukan?" Lalu ia menceritakan kepada mereka cara-caranya. Dan mereka melakukan seperti apa yang telah dilakukannya, hingga banyak orang yang mengikut jejaknya. Tersebutlah bahawa mereka yang melakukan pelanggaran itu bertempat tinggal di sebuah perkampungan yang terbentang dan berpintu gerbang. Ketika kutukan Allah menimpa mereka, tetangga-tetangga mereka yang tinggal di sekitar mereka datang mencari mereka untuk keperluan biasa yang terjadi di antara sesama mereka, tetapi para tetangga mereka menjumpai pintu gerbang kampung itu dalam keadaan tertutup. Kemudian para tetangga itu memanggil-manggil mereka, tetapi tidak mendapat jawapan. Akhirnya mereka memanjat tembok kampung itu, dan tiba-tiba mereka menjumpai penduduknya telah berubah menjadi kera-kera. Lalu kera-kera itu mendekat dan mengusap orang-orang yang telah mereka kenal sebelumnya, begitu pula sebaliknya. Dalam surat Al-Baqarah telah kami sebutkan asar-asar yang mengisahkan berita kampung ini dengan keterangan yang cukup memuaskan.
Pendapat yang kedua mengatakan bahawa kelompok yang diam termasuk orang-orang yang binasa. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Daud ibnu Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan bahawa mereka membuat-buat bid'ah pada hari Sabtu. Maka Allah menguji mereka di hari Sabtu itu, lalu Allah mengharamkan kepada mereka ikan-ikan pada hari Sabtu. Dan tersebutlah bahawa apabila datang hari Sabtu, maka ikan-ikan itu datang kepada mereka dengan terapung-apung di permukaan laut, mereka semuanya dapat melihatnya. Tetapi apabila hari Sabtu telah berakhir, ikan-ikan itu pergi dan lenyap serta tidak kelihatan lagi sampai hari Sabtu berikutnya. Apabila hari Sabtu datang, ikan-ikan itu datang terapung-apung, dan mereka tinggal selama beberapa waktu menurut apa yang dikehendaki Allah dalam keadaan demikian. Kemudian ada seorang lelaki dari mereka menangkap ikan itu dan melubangi hidung ikan itu dengan tali, lalu tali itu ditambatkannya pada sebuah pasak di pinggir laut dan membiarkan ikan itu berada di air selama hari Sabtu. Keesokan harinya ia mengambil ikan itu dan memanggangnya, lalu memakannya. Lelaki itu melakukan perbuatan tersebut, sedangkan mereka hanya memandangnya, tidak mengingkarinya, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang melarangnya kecuali hanya segolongan orang. Lama kelamaan kejadian tersebut berada di pasar-pasar, dan mereka berani melakukannya secara terang-terangan (yakni menangkap ikan di hari Sabtu). Lalu berkatalah segolongan orang kepada mereka yang melarang perbuatan itu, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras? Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhan kalian. (Al-A'raf: 164) Mereka mengatakan, "Kami membenci perbuatan mereka yang melanggar itu." dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka (Al A’raf : 164-165) sampai dengan firman-Nya: kera-kera yang hina. (Al-A'raf: 166) Ibnu Abbas mengatakan bahawa mereka terdiri atas tiga kelompok. Sepertiga dari mereka melarang perbuatan itu, sedangkan sepertiga yang lain mengatakan: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan mengazab mereka? (Al-A'raf: 164)." Dan sepertiga yang terakhir ialah mereka yang melakukan pelanggaran itu. Maka tiada yang selamat dari azab Allah kecuali hanya orang-orang yang melarang, sedangkan selain mereka semuanya binasa.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Asyhab ibnu Abdul Aziz, dari Malik yang mengatakan bahawa Ibnu Rauman menduga bahawa firman Allah Swt. yang menyebutkan: datang kepada mereka ikan-ikan (yang ada di sekitar mereka) terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. (Al-A'raf: 163) Kisahnya seperti berikut: Ikan-ikan itu datang kepada mereka pada hari Sabtunya, dan apabila petang harinya pergilah ikan-ikan itu sehingga tiada seekor ikan pun yang kelihatan hingga hari Sabtu berikutnya. Kemudian ada seorang lelaki dari mereka yang membuat perangkap berupa jala yang dipancangkan, lalu ia menangkap seekor ikan dari ikan-ikan yang ada pada hari Sabtunya. Kemudian apabila hari telah petang dan malam hari Ahad tiba, ia mengambil ikan itu dan memanggangnya. Maka orang lain mencium bau ikan itu dan mereka datang kepadanya, lalu menanyainya dari mana asal ikan itu, tetapi ia mengingkari perbuatannya terhadap mereka. Sedangkan mereka terus mendesaknya hingga akhirnya ia mengatakan bahawa bau itu bersumberkan dari kulit ikan yang ditemukannya. Pada hari Sabtu berikutnya ia melakukan hal yang sama, mungkin kali ini dia menangkap dua ekor ikan. Kemudian pada petang harinya dan malam Ahad mulai masuk, ia menangkap ikannya dan memanggangnya. Mereka mencium bau ikan panggang, lalu mereka datang kepadanya dan menanyainya. Akhirnya ia berkata kepada mereka, "Jika kalian suka, kalian boleh melakukan seperti apa yang kulakukan." Mereka bertanya, "Apakah yang telah kamu lakukan?" Lalu ia menceritakan kepada mereka cara-caranya. Dan mereka melakukan seperti apa yang telah dilakukannya, hingga banyak orang yang mengikut jejaknya. Tersebutlah bahawa mereka yang melakukan pelanggaran itu bertempat tinggal di sebuah perkampungan yang terbentang dan berpintu gerbang. Ketika kutukan Allah menimpa mereka, tetangga-tetangga mereka yang tinggal di sekitar mereka datang mencari mereka untuk keperluan biasa yang terjadi di antara sesama mereka, tetapi para tetangga mereka menjumpai pintu gerbang kampung itu dalam keadaan tertutup. Kemudian para tetangga itu memanggil-manggil mereka, tetapi tidak mendapat jawapan. Akhirnya mereka memanjat tembok kampung itu, dan tiba-tiba mereka menjumpai penduduknya telah berubah menjadi kera-kera. Lalu kera-kera itu mendekat dan mengusap orang-orang yang telah mereka kenal sebelumnya, begitu pula sebaliknya. Dalam surat Al-Baqarah telah kami sebutkan asar-asar yang mengisahkan berita kampung ini dengan keterangan yang cukup memuaskan.
Pendapat yang kedua mengatakan bahawa kelompok yang diam termasuk orang-orang yang binasa. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Daud ibnu Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan bahawa mereka membuat-buat bid'ah pada hari Sabtu. Maka Allah menguji mereka di hari Sabtu itu, lalu Allah mengharamkan kepada mereka ikan-ikan pada hari Sabtu. Dan tersebutlah bahawa apabila datang hari Sabtu, maka ikan-ikan itu datang kepada mereka dengan terapung-apung di permukaan laut, mereka semuanya dapat melihatnya. Tetapi apabila hari Sabtu telah berakhir, ikan-ikan itu pergi dan lenyap serta tidak kelihatan lagi sampai hari Sabtu berikutnya. Apabila hari Sabtu datang, ikan-ikan itu datang terapung-apung, dan mereka tinggal selama beberapa waktu menurut apa yang dikehendaki Allah dalam keadaan demikian. Kemudian ada seorang lelaki dari mereka menangkap ikan itu dan melubangi hidung ikan itu dengan tali, lalu tali itu ditambatkannya pada sebuah pasak di pinggir laut dan membiarkan ikan itu berada di air selama hari Sabtu. Keesokan harinya ia mengambil ikan itu dan memanggangnya, lalu memakannya. Lelaki itu melakukan perbuatan tersebut, sedangkan mereka hanya memandangnya, tidak mengingkarinya, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang melarangnya kecuali hanya segolongan orang. Lama kelamaan kejadian tersebut berada di pasar-pasar, dan mereka berani melakukannya secara terang-terangan (yakni menangkap ikan di hari Sabtu). Lalu berkatalah segolongan orang kepada mereka yang melarang perbuatan itu, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras? Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhan kalian. (Al-A'raf: 164) Mereka mengatakan, "Kami membenci perbuatan mereka yang melanggar itu." dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka (Al A’raf : 164-165) sampai dengan firman-Nya: kera-kera yang hina. (Al-A'raf: 166) Ibnu Abbas mengatakan bahawa mereka terdiri atas tiga kelompok. Sepertiga dari mereka melarang perbuatan itu, sedangkan sepertiga yang lain mengatakan: Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan mengazab mereka? (Al-A'raf: 164)." Dan sepertiga yang terakhir ialah mereka yang melakukan pelanggaran itu. Maka tiada yang selamat dari azab Allah kecuali hanya orang-orang yang melarang, sedangkan selain mereka semuanya binasa.
Sanad asar ini jayyid sampai kepada Ibnu Abbas, tetapi ralat yang dilakukannya berpegang kepada pendapat Ikrimah yang menyatakan bahawa golongan yang diam termasuk orang-orang yang selamat, merupakan pendapat yang lebih utama daripada berpegang kepada pendapat ini, kerana sesudah itu kedudukan mereka jelas bagi Ibnu Abbas.
فَلَمَّا عَتَوْا عَن مَّا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ - 7:166
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarangmengerjakannya, Kami katakan kepadanya: ‘Jadilah kamu kera yang hina.’ (Surah al-Araaf 7:166).
Tafsir Ayat (Tafsir Ibnu Katsir)
Terbahagi 3 Kelompok
Allah memberitahukan tentang penduduk negeri ini,bahawa mereka terbahagi menjadi tiga kelompok.Satu kelompok melakukan pelanggaran dan melakukan tipu muslihat untuk dapat berburu ikan pada hari Sabtu, sebagaimana yang telah dihuraikan sebelumnya dalam surat al-Baqarah. Kelompok kedua melarang melakukan hal itu dan mejauhkan diri darinya. Dan kelompok ketiga berdiam diri iaitu tidak berbuat dan tidak juga melarang, tetapi kelompok ini mengatakan kepada yang melakukan pengingkaran (kelompok kedua): “Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka, atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?”
Maksudnya, mengapa kalian melarang mereka, padahal kalian mengetahui bahawa mereka pasti akan binasa dan mendapatkan seksaan dan Allah kerana larangan kalian itu tidak akan membawa manfaat sama sekali bagi mereka. Kelompok yang melakukan pelarangan itu menjawab kepada mereka, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggungjawab) kepada Rabbmu. ”
Sebahagian ulama membaca “ma’dziratun” dengan memberikan harakat dhammah dengan pengertian, “Ini adalah alasan kepada Rabb kami. “Sedangkan sebahagian lainnya membacanya dengan memberikan harakatfathah, dengan pengertian, Kami melakukan hal itu, agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabbmu.”Iaitu atas kewajiban yang Allah perintahkan kepada kami, berupa amar ma’ruf nahi mungkar.
Wa la’allaHum yattaquun (“Dan supaya mereka bertakwa.”) Mereka mengatakan, semoga dengan pengingkaran ini mereka dapat menjauhkan diri dan meninggalkan apa yang mereka kerjakan, serta kembali kepada Allah dalam keadaan bertaubat. Maka jika mereka bertaubat kepada-Nya, pasti Allah akan menerima taubat mereka dan merahmati mereka.
Allah berfirman: fa lammaa nasuu maa dzukkiruu biHii (“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepiada mereka.”) ertinya, setelah para pelaku itu menolak menerima nasihat; anjainal ladziina yanHauna ‘anis suu-i wa akhadznal ladziina dhalamuu (“Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat, dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim.”) iaitu yang melakukan kemaksiatan; bi ‘adzaabin ba-iisin (“Seksaan yang keras.”)
Jaminan Allah Terhadap Orang Yang Memberi Peringatan
Dalam ayat ini Allah telah menetapkan keselamatan bagi orang-orang yang melakukan pelarangan dan kebinasaan bagi orang-orang yang zalim, sedangkan Allah mendiamkan (tidak menyebutkan ketentuan) terhadap yang berdiam diri, kerana balasan sesuai dengan jenis amal perbuatan dan mereka itu tidak melakukan perbuatan yang menjadikan mereka berhak mendapatkan pujian, juga mereka tidak melakukan perbuatan dosa yang jadikan mereka tercela.
Orang Yang Diamkan Diri
Namun demikian, para imam telah berbeza pendapat mengenai mereka (tidak melarang,tidak berbuat dosa), apakah mereka itu termasuk orang-orang yang dibinasakan ataukah termasuk orang-orang yang diselamatkan. Mengenai hal ini terdapat dua pendapat.
Pendapat Pertama
- Firman Allah: wa akhadznal ladziina dhalamuu bi ‘adzaabin ba-iisin (“Dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim seksaan yang keras.”) Dalam ayat ini, menurut pengertiannya terdapat dalil bahawa orang-orang yang berdiam-diri itu selamat.
Pendapat Kedua
- Kata ba-is, menurut Mujahid bererti keras. Dan dalam riwayat lain (juga dari Mujahid) bererti pedih. Sedang menurut Qatadah, ertinya menyakitkan. Tetapi semua makna itu berdekatan. Wallahu a’lam.
Dan firman Allah: “khaasi-iin” (ayat 166 surah al-Araaf) bererti rendah, hina dan remeh.
Inilah Sunatullah, yakni bahawa hukuman ketika turun, yang selamat biasanya orang-orang yang melakukan amar maâruf dan nahi mungkar. Namun apakah golongan yang tidak melakukan penjaringan ikan tetapi tidak mengingkari ikut selamat? Para mufassir berbeza pendapat, zahirnya bahawa mereka ikut selamat,kerana Allah mengkhususkan hukuman itu kepada orang-orang yang zalim, sedangkan Allah tidak menyebut golongan yang ketiga sebagai zalim, oleh kerananya hukuman itu khusus menimpa orang-orang yang melanggar aturan pada hari Sabtu, di samping itu amar maaruf dan nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah, jika sudah ada yang melakukannya maka bagi yang lain menjadi gugur, oleh kerananya mereka mencukupkan diri dengan pengingkaran oleh yang lain. Demikian juga mereka mengingkari dengan hatinya berdasarkan kata-kata, "Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?" di mana mereka juga membenci perbuatan itu dan menampakkan marahnya dengan kata-kata itu
Inilah Sunatullah, yakni bahawa hukuman ketika turun, yang selamat biasanya orang-orang yang melakukan amar maâruf dan nahi mungkar. Namun apakah golongan yang tidak melakukan penjaringan ikan tetapi tidak mengingkari ikut selamat? Para mufassir berbeza pendapat, zahirnya bahawa mereka ikut selamat,kerana Allah mengkhususkan hukuman itu kepada orang-orang yang zalim, sedangkan Allah tidak menyebut golongan yang ketiga sebagai zalim, oleh kerananya hukuman itu khusus menimpa orang-orang yang melanggar aturan pada hari Sabtu, di samping itu amar maaruf dan nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah, jika sudah ada yang melakukannya maka bagi yang lain menjadi gugur, oleh kerananya mereka mencukupkan diri dengan pengingkaran oleh yang lain. Demikian juga mereka mengingkari dengan hatinya berdasarkan kata-kata, "Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?" di mana mereka juga membenci perbuatan itu dan menampakkan marahnya dengan kata-kata itu
Tafsir Jalalayn
(Dan ketika) diathafkan kepada lafal idz yang sebelumnya (suatu umat di antara mereka berkata,) iaitu kaum yang tidak ikut berburu dan juga tidak melarang orang-orang yang berburu ("Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang keras?" Mereka menjawab,) nasihat kami ("Agar kami mempunyai alasan) yang boleh dijadikan sebagai pelepas tanggung jawab (kepada Tuhanmu) supaya kami tidak dituduh lalai dalam masalah tidak memberikan larangan kepada mereka (dan supaya mereka bertakwa.") tidak berani melakukan perburuan lagi.
Rujukan:https://alquranmulia.wordpress.com/2015/12/04/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-araaf-ayat-164-166/
Tafsir Ibnu Katsir:http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-araf-ayat-164-166.html
Tafsir Jalalayn:http://tafsirq.com/7-al-araf/ayat-164#tafsir-jalalayn
No comments:
Post a Comment