Biografi Khalid al Walid Bahagian I - wanalovemekahmadinah

Sunday, September 3, 2017

Biografi Khalid al Walid Bahagian I

BIOGRAFI KHALID BIN AL-WALID

Biografi Khalid al WalidBAHAGIAN IKhalid bin Al-Walid adalah panglima perang yang terkenal dalam sejarah Islam. Sebelum memeluk agama Islam,Khalid merupakan seorang panglima perang yang selalu membela orang-orang Quraish untuk melawan Rasulullah SAW; salah satunya iaitu dalam perang Uhud.Kerana kepakaran dan kredibiliti dirinya dalam memimpin pasukannya dapat meraih kemenangan gemilang saat-saat akhir peperangan.

Khalid bin Al-Walid berasal dari keturunan bani Makhzum iaitu salah satu bani yang sangat terpandang dan disegani di suku Quraisy. Ayahnya bernama Al-Walid bin Al-Mughirah dan ibunya bernama Lubabah As-Sughra. Keluarga Khalid bin Al-Walid memilki kedudukan penting dan terhormat di kalangan suku Quraisy. Khalid bin Al-Walid juga sering disebut dengan Abu Sulaiman[1],kerana Khalid mempunyai seorang anak yang bernama   Sulaiman sehingga ia sering dipanggil dengan Abu Sulaiman.

Khalid bin Al-Walid sebelum genab berumur 17 tahun ketika agama Islam lahir. Ia sudah menunjukkan perhatian serius dan besar dalam ilmu berperang serta alat-alat persenjataan perang,termasuk menunggang kuda, melempar lembing atau tombak dan memanah sehingga ia dengan cepat menjadi tersohor.Taktik  serangannya yang sangat terkenal, yang dilakukan dengan tiba-tiba dari belakang musuh (ketika itu musuhnya adalah kaum muslim) dalam Perang Uhud.[2]
Adapun yang menjadi tunjang keberhasilan Khalid dalam karier ketenteraanya adalah bahawasanya ia belajar hidup sederhana dan menerima kehidupan keras sebagaimana orang-orang primitif bukan sebagaimana bangsawan  agar mampu bersabar dalam menghadapi penderitaan dalam perang dan berbagai kesulitan  dalam  mengendalikan  kuda.[3]Selain itu Khalid juga mendapat pelajaran pertama tentang seni dan strategi berperang darinya ayahnya sendiri.

Khalid bin Al-Walid ialah seorang panglima, dengan kesukaran hidup seorang pejuang dan kerendahan hati. Ia juga seorang pejuang dengan tanggungjawab seorang panglima dengan keteladanannya[4]. Ia juga seorang berkeperibadi yang mengagumkan, penuh dengan keagungan dan kemuliaan.[5]
Adapun karakteristik fizik Khalid, para pakar sejarah menyebutkan bahawa Khalid mirip dengan Umar bin Al-khathab. Mereka mengambil bukti dari kisah Alqomah yang bertemu dengan Umar bin Al-Khathab dan dianggapnya sebagai Khalid. Pada masa muda Khalid juga pernah terlibat dalam adu gulat atau adu ketangkasan dengan Umar bin Al-Khatab, dikala itu Khalid dapat mengalahkan Umar dengan mematahkan betisnya.

Khalid bin Al-Walid masuk Islam pada saat termenterainya perjanjian Hudaibiyah antara kaum Muslim dan suku Quraish. Setelah dia menjadi pemeluk agama Islam yang sangat teguh, Nabi SAW. kerapkali meminta bantuannya dalam berbagai siri peperangan pada tiga tahun terakhir menjelang beliau wafat. Khalid memimpin pasukan perang Mu’tah melawan Byzantium setelah gugurnya Zayd bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah.[6]
Perang Mu’tah adalah perang pertama yang diikuti Khalid ketika ia sudah masuk Islam. Dengan diambil alihnya Khalid bin Al-Walid dan strateginya, pasukan Islam dapat keluar dari kepungan musuh Romawi. Dari perang ini Khalid bin Al-Walid dijuluki dengan sebagai Saifullah Al-Maslul iaitu Pedang Allah Yang Terhunus. Sejak saat itu Khalid berada dibarisan kaum Muslimin untuk mengikuti Rasulullah di beberapa peperangan melawan kaum Quraisy dan dalam mengembangkan wilayah di masa Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar bin Al-khathab.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, peperangan terhadap orang murtad serta penyerbuan ke Iraq dan Syam ditumpukan kepada Khalid bin Al-Walid.Pertama kali dia menyerang Thulayhah bin Khuwaylid di kota Buzakhah. Setelah selesai memerangi orang-orang murtad, Abu Bakar menyuruhnya   mengerahkan pasukan perangnya ke Persia (iran) dan Iraq[7].Kemenangan-kemenangan pasukan Islam di wilayah Persia membangkitkan semangat suku-suku Arab di Jazirah. Abu bakar melakukan perundingan dengan para pemuka Islam dan memutuskan membentuk pasukan yang kuat guna mengalahkan Romawi Timur[8]. Dari sini nantinya akan terjadi Perang Yarmuk di Syam.
wilayah Mediteranian Timur, atau wilayah besar di Asia Barat yang dibatasi oleh Pegunungan Taurus di utara, Gurun Arab di selatan, Laut Mediterania di barat, dan Pegunungan Zagros di timur. Garis sempadan yang baru dibuat pada era perkembangan yang terjadi setelah Perang Dunia Pertama.

Perang Yarmuk adalah peperangan antara pasukan umat Islam dengan bangsa Romawi Timur atau Bizantium. Perang Yarmuk dipimpin oleh panglima Khalid bin Al-Walid. Untuk menaklukkan Rom di Syam, Abu Bakar membentuk empat pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang ditentukan. Keempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah pertama, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang ditugaskan ke daerah Homs, Syria Utara, dan Antiokia. Kedua, Amr bin Al-Ash mendapatkan perintah untuk menakklukan wilayah Palestin, yang berada di bawah kekuasaan Rom Timur. Ketiga, Syurahbil bin Hasanah diberi wewenang menundukkan Tabuk dan Jordan. Keempat, Yazid bin Abu Sufyan diperintahkan untuk menaklukan Damaskus dan Syria Selatan.
Gerak maju tentara Islam itu sangat mengejutkan penguasa Rom.Pemerintah Heraklius segera memerintahkan semua ketua daerah yang masih berada dalam kekuasaannnya untuk mengirim pasukan untuk melawan pasukan Islam. Berita tentang penyiapan pasukan besar Rom ini menimbulkan kebimbangan di pihak Islam. Keempat panglimanya segera berunding untuk mencari jalan keluar. Mereka mengirimkan gambaran tentang situasi gawat ini kepada Khalifah Abu Bakar. Abu bakar  memerintahkan untuk menyatukan pasukan di Yarmuk. Selain itu Khalifah juga memerintahkan Khalid bin Al-Walid untuk membawa sebagaian  anak buahnya guna membantu mereka, dan Khalid bin Al-Walid ditunjuk sebagai panglima tertinggi pasukan gabungan tersebut.

Pada bulan Jumadil Akhir 13 H, pecahlah Perang Yarmuk antara pasukan Islam dan Roma. Di tengah berkecamuknya perang, seorang kurier datang dari Madinah dengan membawa dua berita yang mengejutkan. Pertama adalah berita tentang wafatnya Abu Bakar, dan pengangkatan Umar bin Khatab sebagai khalifah yang menggantikannya. Khabar kedua adalah memberitakan bahawa pemimpin Islam yang terbaru itu memutuskan untuk memberhentikan Khalid bin Al-Walid dari jabatan panglima tertinggi, dan sebagai gantinya ditunjuk Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Tetapi proses penggantian tersebut ditunda dan dilakukan saat perang Yarmuk selesai, ini agar pasukan Islam tetap memberikan tumpuan terhadap situasi keadaan pertempuran yang dihadapi. Dengan semangat tinggi Khalid memimpin pasukannya untuk memenangkan perang, sehingga pihak Rom yang diperkuat dengan pasukan yang amat besar dapat dikalahkan dengan berkesan.[10]

Dengan kemenangan perang Yarmuk di tangan pasukan Islam membuat perluasan wilayah Islam semakin mudah di taklukan, menjadi luas dan dan semakin pesat perkembangan Islam di luar Jazirah Arab. Seperti daerah takluknya wilayah Palestin,Syria dan Mesir jatuh ketangan pasukan Islam.
Khalid bin Al-Walid meninggal pada tahun 21 Hijrah di Hems[11]. Khalid meninggal di atas tempat tidurnya. Di dalam tubuhnya hampir tidak ada bahagian yang selamat dari luka terlalu banyaknya luka yang pernah ia dapatkan dari berbagai pertempuran selama hidupnya.

Dari latar belakang di atas terdapat gambaran-gambaran Khalid bin Al- Walid dalam memimpin perang dan gambaran perang Yarmuk, sehingga dari beberapa huraian di atas telah menarik perhatian penulis untuk  membahas tentang Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk, dan penelitian mengenai strategi pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk belum ada kertas kerja yang menelitinya.Inilah alasan utama penulis meneliti judul ini.


Rumusan Masalah



Dari latar belakang di atas, penulis menyusun beberapa rumusan masalah yang dapat dikembangkan dan mempermudah penulisan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Panglima Khalid Bin Al-Walid?
2. Bagaimana Proses Terjadinya Perang Yarmuk?
3. Bagaimana Strategi Pertempuran Khalid Bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk?


Penelitian Strategik Peperangan Dan Alam Kehidupan Khalid al-Walid


a. Untuk mengetahui Latar Belakang Kehidupan Panglima Khalid bin Al- Walid.
b. Untuk Mengetahui Proses Terjadinya Perang Yarmuk.
c. Untuk Mengetahui Strategi Pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk.

1. Dapat memaparkan fakta-fakta dan data-data sejarah, dengan harapan agar pembaca dapat memahami dan mengetahui tentang strategi perjuangan Khalid bin Walid dalam memimpin Perang Yarmuk.
2. Memberi kontribusi wacana bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan, terutama dibidang kesejarahan.
3. Dapat dijadikan bahan rujukan di perpustakaan Fakulti Adab, mahupun perpustakaan pusat-pusat Universiti Islam,, dalam bidang kajian Islam mengenai Khalid bin Al-Walid.

Kronologi kejadian. Dari pendekatan ini nantinya akan didapatkan fakta-fakta sejarah bagaimana strategi Khalid bin Walid dalam menakklukan musuh di Perang Yarmuk.
Selain pendekatan tersebut, untuk kerangka teoritiknya (idea-idea dan buah fikiran) penulis menggunakan teori perang dari Karl von Clausewitz. Clausewitz adalah seorang pemikir strategi dari Amerika, ia diakui secara luas sebagai yang terbesar di antara penulis tentang perang. Erti kata dari strategi adalah suatu ilmu siasat perang atau muslihat untuk mencapai sesuatu. Dalam setiap peperangan, penggunaan strategi merupakan keperluan pokok yang harus ada dalam menghadapi musuh di medan tempur.
Perang Yarmuk adalah termasuk dari perang gerakan, kerana,perang gerakan adalah wujud dan pola strategi perang, yang terutama mempergunakan kenderaan gerak untuk merebut memelihara dan mempertahankan inisiatif yang biasanya dilakukan pada saat-saat lawan labil (secara strategi atau taktikal).[12]  Secara umumnya peperangangan difahami sebagai   situasi dan keadaan hukum yang memungkinkan dua atau lebih pihak yang bermusuhan menyelesaikan pertikaian secara kekerasan dengan kekuataan persenjataan. Sementara makna perang dalam Islam adalah perang terhadap musuh untuk keamanan kemerdekaan menyebarkan dak’wah dan untuk tetap tegaknya tiang-tiang atau sendi-sendi perdamaian, serta tetap menjaga serta memelihara peraturan-peraturan Perang Purusiyah yang suci serta meninggikan kalimah Allah s.w.t.[13]
Menurut Clausewitz, dalam memenangkan suatu peperangan maka faktor moral merupakan elemen yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Bagi Clausewirt, peperangan merupakan hal yang berbahaya, demikian berbahayanya sehingga tidak seorang pun yang ikut ambil bahagian di dalamnya dapat membayangkan bagaimana perang itu sebenarnya. Perang bukan saja dunia ketidakpastian dan ketegantungan pada nasib, bahkan lebih dari itu kerana perang adalah dunia penderitaan, kebingungan, keletihan, dan ketakutan. Oleh kerana itu, Clausewirt menempatkan faktor moral sebagai aspek penting dan sekaligus   fungsinya sebahagian pengimbangan di tengah ketidakpastian dan banyaknya kemungkinan perang.[14]


Silsilah Khalid bin Walid


Nama lengkap Khalid adalah Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah, dan nasabnya bertemu dengan Rasulullah SAW pada Murrah. Khalid dijuluki dengan nama Abu Sulaiman dan juga dengan Abu Walid.1 Khalid bin Al- Walid merupakan seorang dari keturunan Bani Makhzum,iaitu salah satu Bani  yang terpandang di Quraisy.
Ayah Khalid bernama Al-Walid bin Al-Mughirah, ia adalah seorang bangsawan dikalangan kaum Quraisy pada masa Jahilliyah. Pada permulaan Islam ayah Khalid, Al-Walid bin Al-Mughirah sangat membenci Islam, bahkan dia dikenal sebagai orang yang paling sengit memusuhi dakwah Islam. Al-Walid bin Al-Mughirah adalah orang yang paling kuat tekanannya  kepada para penganut Islam[15]. Ibunya bernama Lubabah Ash-Shughra binti Al-Harits dari Bani Hilal bin Amir. Ia adalah saudara perempuan Ummul Mukminin Maimunah binti Al-Harits istri Rasulullah SAW, dan saudara Lubabah Al- Kubra yang merupakan istri Al-Abbas paman Rasulullah SAW dan dijuluki Ummul Fadhl. Ibunda Khalid bin Al-Walid meninggal dunia sebagai seorang Muslimah setelah Khalid meninggal dunia.Khalid bin Al-Walid lahir di Makkah dan ia memiliki beberapa saudara, di antaranya iaitu: 

Pertama, Imarah bin Al-Walid yang dikirim kaum Quraisy bersama Amru bin Al-„Ash untuk menarik kembali umat Islam yang berhijrah dari Habasyah.

Kedua, Hisyam bin Al-Walid, yang termasuk mereka orang- orang yang dilembutkan dan ditaklukkan hatinya dan masuk Islam.

Ketiga, Al-Walid bin Al-Walid yang ikut serta dalam Perang Badar sebagai pasukan musuh atau musyrik. Kemudian ditawan oleh Abdullah bin Jahsy. Adapula yang menyebutkan ditawan oleh Salik Al-Mazini Al-Anshari. Al-Walid akhirnya bebas dari tawanan setelah ditebus oleh Hisyam. Al-Walid bin Al-Walid saat tiba di Makkah, ia istiharkan keislamannya dan ia ikut serta bersama Rasulullah SAW dalam Umrah Qadha[16]. Keempat, Fathimah binti Al-Walid bin Al-Mughirah.
Khalid bin Al-Walid sendiri adalah bapa saudara Umar Bin Khathab dari pihak ibu. Sewaktu masa kanak-kanak, Khalid bin Al-Walid pernah bergulat dengan Umar bin Khathab. Khalid mampu mengalahkan Umar dengan mematahkan tulang betisnya. Masing-masing dari [17]keduanya memiliki postur tubuh yang sama, wajah mereka berdua juga tampak miripp. Umar bin Khathab juga lahir di Makkah tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah[18].
Keluarga Khalid bin Al-Walid memiliki kedudukan penting dan terhormat di kalangan suku Quraisy. Ayah Khalid bin Al-Walid, yaitu Al- Walid  bin  Al-Mughirah  adalah  seorang tokoh utama di kalangan Bani Makhzum dan ia merupakan seorang hartawan yang selalu memberi makan para jema‟ah haji di Mina dan melarang mereka memasak selain dirinya. Ia juga membiayai seluruh jema‟ah haji dalam jumlah besar, sehingga ia mendapat julukan Raihanah Quraisy (penghidupan/rezeki kaum Quraisy).
Akan tetapi Al-Walid bin Al-Mughirah meninggal dunia dalam kesesatannya kerana ia termasuk golongan yang sama seperti lainnya yang suka memperolok-olok agama Islam dan Nabi Muhammad saw, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah, “sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu)”. (Al- HIJR:95). Al-Walid meninggal dunia kerana anak panah yang  menancap pada dirinya hingga membuat terluka parah dan mengakibatkan ia meninggal dunia. Al-Walid meninggal  dunia tiga  bulan setelah Hijrah dan dalam usia
sembilan puluh lima tahun dan dimakamkan di Jahun Makkah[19].

Khalid bin Al-Walid memiliki beberapa bapa saudara diantaranya, iaitu Hisyam bin Al-Mughirah yang merupakan salah satu tokoh utama Quraisy di Makkah pada masa jahilliyah. Lalu Al-Fakihah bin Al- Mughirah, ia adalah orang terhormat di kalangan bangsa Arab pada masanya.Bapa saudara Khalid yang lainnya adalah Abu Hudzaifah, yang merupakan salah satu dari empat tokoh yang memegang baki selendang dan membawa Hajar Aswad ke tempatnya di Ka‟bah. Dan ada juga bapa saudara Abu Umayyah bin Al-Mughirah, yang mendapat julukan Zad Ar-Rakib yang bererti pembekalan para Musafir kerana  ia  terbiasa  melengkapi dan mempersiapakan pembekalan kepada sahabatnya tanpa harus sahabatnya bersusah payah untuk mempersiapkan perbekalan. Mereka semua merupakan keturunan Bani Makhzum yang mempunyai pengaruh kuat di kalangan suku Quraisy ketika masing-masing keluarga terpisah-pisah.
Di Suku Quraisy terdapat Bani Hasyim, Bani Umayyah, dan Abdud Dar, mereka ini merupakan tiga suku kaum dalam suku Quraisy yang kuat, dan ketiga suku tersebut bertemu pada satu kakek yang lebih dekat dengan datuk yang mempertemukan mereka dengan Bani Makhzum, iaitu Murrah bin Ka‟ab bin Lu‟ay bin Ghalib bin Fahr,  yang merupakan datuk seluruh kaum Quraisy.[20]
Sebelum ayahnya meninggal dunia, Khalid bin Al-Walid telah menikah dan mempunyai dua orang anak lelaki bernama Sulaiman dan Abdurrahman sehingga Khalid mendapat sebutan Abu Sulaiman. Selain itu Khalid bin Al- Walid memiliki banyak sahabat di mana ia pergi bersama untuk menunggang kuda, berburu, dan jika tidak sedang berburu mereka mendendangkan bait-bait syair sambil minum. Di antara mereka itu adalah Amru bin Al-Ash, Abul Hakam Amru bin Hisyam bin Al-Mughirah, dan putra Abu Hakam iaitu
Ikrimah yang menjadi sahabat dekat Khalid bin Al-Walid[21].


Khalid bin Walid Sebelum Masuk Islam.


Saat Al-Walid meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya, muncullah Khalid bin Al-Walid menggantikan posisi ayahnya. Orang-orang Quraisy sangat berkeinginan agar Khalid tetap berdiri di pihak mereka  untuk melawan kaum Muslimin, terutama  setelah Hamzah bin Abdul Munthalib dan Umar bin Khatab masuk Islam.
Sebelum menganut Islam, Khalid adalah seorang pahlawan Quraisy yang ditakuti dan penanggung kuda yang hebat. Dalam perang Uhud dan Khandaq ia masih berada dalam barisan kaum musyrik. Ia mempunyai sifat-sifat seorang pejuang yang berwatak kasar, cenderung pada kekerasan dan mengandalkan kekuatan. Tak pernah ia gentar menghadapi lawan di medan perang, tidak pernah takut kepada siapa pun. Sifat Khalid pada saat sebelum masuk Islam, Ia sangat menentang sekali terhadap agama Islam. Ayahnya selalu memperbincangkan agama Islam kepada anak-anaknya serta kerabat lainnya. Penentangan Khalid terhadap Islam semakin besar dengan masuk Islamnya Al-Walid bin Al-Walid, saudara Khalid bin Al-Walid saat Perang Badar telah berakhir.[22]

Pada masa kecil, Khalid mempelajari segala sesuatu yang dipelajari anak-anak seusianya, yang dipersiapkan untuk perang dan adu ketangkasan berkuda serta sifat-sifat kepemimpinannya. Khalid bin Al-Walid hidup dan membesar dalam lingkungan yang terhormat dan paling kaya dalam komuniti masyarakatnya. Nenek moyangnya datuk-nenek ataupun bapa-bapa saudara adalah Ra’is Ibn Ra’is (Pemimpin Putra Sang Pemimpin) di mana tidak ada seorang pemimpin pun pada masa jahiliyyah yang melebihi kepemimpinannya. Ketika memasuki usia remaja, Khalid bin Al-Walid merasakan sedikit kesombongan kerana ia adalah putra seorang  pemimpin,kerana ayahnya adalah seorang pemimpin dan tokoh utama Bani Makhzum yang merupakan salah satu suku kaum cukup dikenali dan terkuat di kalangan suku Quraisy.

Bersambung bahagian II

Diterjemah dari bahasa asal Indonesia: 
Nursyarifah Syed Putera

Rujukan:
[1]Manshur Abdul Hakim, Khalid Bin Al-Walid Panglima Yang Tak Terkalahkan, Terj: Masturi Irham (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), 5.
[2]Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1994), 364.

[3]Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 21.

[4]Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi, Terj: Rijalun Haular Rasul (Jakarta: Ummul Qura, 2012), 318.

[5]Ibid., 314.

[6] Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 1999), 10.


[7] Ibid., 10-11.

[8] H Abd. Chair, “Khalifah”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ed. M. Din Syamsuddin, et al (Jakarta: Pt Ichtiar Baru Van Hoeve), 46.


[9] Rasul Ja’farian, Sejarah Islam: sejak wafat Nabi SAW hingga runtuhnya Dinasti Bani Umayyah (11-132 H), Terj: Ilyas Hasan (Jakarta: Lentera, 2004), 44.

[10]  Ibid., 47.


[11] Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, 371

[12] B. Setiawan, “Per”, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 13, ed. E. Nugroho, et al. (Jakarta: PT Adi Pustaka, 1994), 31.
[13] Perang Purusiyah adalah perlawanan yang mulia (suci), dimana mereka tidak  dibenarkan  berbuat segala sesuatu yang bias menodai atau menghilangkan erti dari kesucian perang tersebut. Jenderal Mahmud Syaid Chotob, Kepemimpinan Rosululloh SAW Dalam Mempersatukan Ummat (Strategi Jihad) (Yogyakarta: Harapan Utama, 2001), 2.
[14] Micheal Howard, Clausewirtz Mahaguru Strategi Perang Modern, Terj. Ari Anggari (Jakarta: Pustaka Utama Graffiti, 1991), 39.
[15]Nabawiyah Mahmud, 13 Jenderah Besar Islam Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, Terj: Ahmad Dzulfikar (Solo: Pustaka Arafah, 2013), 15.
[16]Hakim, Khalin Bin Al-Walid, 5-6.
[17]Ibid., 23.
[18]Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Terj: H. A. Bahauddin (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 402.
[19]Hakim, Khalin Bin Al-Walid, 8-9.
[20]Ibid., 18-19.
[21]Ibid., 25.
[22]Mahmud, 13 Jenderal Islam, 16.



No comments:

Post a Comment