Hadits Nabi sebagai salah satu sumber utama dalam hukum islam memiliki beberapa kategori hadits, diantaranya ada yang disebut dengan hadits qudsi. Mengetahui sebuah hadits sangat penting terutama bagi anda yang sedang mempelajari ulumul hadits baik itu di sekolah, perguruan tinggi dan lainya. Mengetahuan hadits qudsi akan memudahkan anda untuk mengkategorikan jenis hadits yang sedang anda teliti.
Pengertian Hadits Qudsi Beserta Contohnya
Hadits Qudsi
Kata qudsi berasal dari bahasa arab Iaitu القدس yang bererti suci, jadi pengertin qudsi secara bahasa adalah suci. Sedangkan menurut istilah pengerian hadits qudsi adalah segala perkataan yang disabdakan oleh Nabi saw dengan mengatakan “Allah berfirman, . .” Nabi menyandarkan perkataan itu kepada Allah, dalam erti beliau meriwayatkan hadits tersebut dari Allah swt.Beberapa pendapat ulama yang memberikan pengertian hadits qudsi, iaitu :
Ath-Thiby
Menurut Ath-Thiby, pengertian hadits qudsi ialah titah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi di dalam mimpi atau dengan jalan ilham, lalu Nabi menerangkan apa yang dimimpikannya itu dengan susunan perkataan beliau sendiri serta menyandarkannya kepada Allah.
Al-Kirmany
Menurut pendapat Al-Kirmany , hadits qudsi itu dinamai juga dengan sebutan hadits ilahy dan hadits rabbany.
Dari pengertian hadits qudsi di atas dapat disimpulkan bahwa hadits qudsi merupakan firman Allah yang dismpaikan oleh Nabi dengan bahasa Nabi sendiri sehingga hadits qudsi tersebut hamper mirip dengan Al-Quran, namun sebenarnya memiliki perbezaan yang jelas. Menurut Abul Baqa’ al-Ukbary dalam kulliyat-nya, mengenai perbezaan Al-Quran dengan Hadits qudsi, beliau berkata ,
“Al-Quran ialah wahyu yang lafal dan maknanya dari Allah swt, adapun hadits qudsi ialah wahyu yang mana lafalnya dari Rasulullah saw, sedangkan maknanya dari Allah swt dan diturunkan dengan jalan ilham atau jalan mimpi”.
Para ulama berbeza pendapat dalam mendefinisikan hadits qudsi, ada beberapa hal penting yang membezakan antara hadits qudsi dengan al-Quran, diantaranya :
Al-Quran: turun kepada Rasulullah s.a.w Nabi Muhammad dibawa oleh Jibril sebagai wahyu
Hadits Qudsi: tidak harus melalui Jibril. Iaitu boleh melalui perantara Jibril dan boleh tidak melalui Jibril, misalnya dalam bentuk ilham atau mimpi.
Al-Quran: sifatnya qath’i tsubut (pasti keabsahannya), kerana semuanya diriwayatkan kaum muslimin turun-temurun secara mutawatir.Lantas kerana itu, tidak ada istilah ayat al-Quran yang diragukan keabsahannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits Qudsi: tidak ada jaminan keabsahannya.Kerana itu, ada Hadits Qudsi yang sahih, ada yang dhaif, dan bahkan ada yang palsu.
Al-Quran: membacanya bernilai pahala setiap huruf. Orang yang membaca satu huruf al-Quran mendapat 10 pahala.
Hadits Qudsi: semata membaca tidak bernilai pahala. Kecuali jika diniati untuk mempelajari, sehinga bernilai ibadah pada kegiatan mempelajarinya.
Al-Quran: teks dan maknanya merupakan mukjizat.Tidak ada satupun makhluk yang mampu membuat 1 surah yang semisal al-Quran.
Hadits Qudsi: teks dan maknanya bukan mukjizat. Sehingga terdapat saja seseorang membuat hadits qudsi palsu.
Al-Quran: bersifat wajib beriman seluruhnya, sehingga orang yang mengingkari satu huruf saja statusnya kafir.
Hadits Qudsi: Tidak wajib (berasaskan terdapatnya peredaran hadits-hadits rekaan), sehingga mengikuti kajian hadits pada umumnya.Kerana itu, boleh saja orang tidak menerima hadits qudsi, mengingat status perawinya yang tidak boleh diterima (hadits qudsi yang palsu).
Al-Quran: tidak boleh disampaikan berdasarkan maknanya tanpa teks aslinya seperti yang Allah firmankan. Tidak boleh ada tambahan atau pengurangan satu hurufpun.
Hadits Qudsi: boleh disampaikan secara makna.
Al-Quran: menjadi mukjizat yang Allah gunakan untuk berhujah dengan manusia, terutama masyarakat arab (pada waktu itu).
Hadits Qudsi: tidak digunakan sebagai hujah kepada makhluk Allah lainnya.
Istilah Lain Hadits Qudsi
Beberapa ulama menyebut Hadits Qudsi dengan selain istilah yang umumnya dikenal masyarakat. Ada yang menyebutnya Hadits Ilahiatau Hadits Rabbani.Namun hal demikian yang hakikatnya sama, iaitu hadits yang dinisbahkan kepada Allah.
Diantara ulama yang menggunakan istilah hadits ilahi adalah Syaikhul Islam sebagaimana beberapa keterangan beliau di Majmu’ Fatawa dan Minhaj as-Sunnah. Demikian pula al-Hafidz Ibnu Hajar.
Dalam salah satu pernyataannya, al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
الأحاديث الإلهية: وهي تحتمل أن يكون المصطفى صلى الله عليه وسلم أخذها عن الله تعالى بلا واسطة أو بواسطة
Sementara ulama yang menggunakan istilah hadits Rabbani diantaranya adalah Jalaluddin al-Mahalli, salah satu penulis tafsir Jalalain. Dalam salah satu pernyataannya,
الْأَحَادِيثَ الرَّبَّانِيَّةَ كَحَدِيثِ الصَّحِيحَيْنِ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Hadits Rabbani itu seperti hadits yang disebutkan dalam dua kitab sahih: “Saya sesuai perasangka hamba-Ku kepada-Ku. (Hasyiyah al-Atthar ’ala Syarh al-Mahalli).
Adapun contoh hadits qudsi adalah sebagai berikut :
Rasulullah saw bersabda :
قال الله تعالى : كل عمل ابن آدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به والصيام جنة وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث ولا يصخب فإن سابه أحد أو قاتله فليقل إني صائم. – رواه البخارى و مسلم
قال الله عز وجل : أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه حيث يذكرني. – رواه البخارى عن أبى هريرة
Allahualam
Rujukan:
http://kampoeng-santri.blogspot.my/2016/07/devinisi-hadits-qudsi-menurut-para-ulama_13.html
http://adinawas.com/pengertian-hadits-qudsi-beserta-contohnya.html
No comments:
Post a Comment